“Maaf mbak, tidak ada
uang kecil”, sambil memberikan beberapa permen plus senyum manis. Apakah sebuah
permintaan yang harus dimaafkan ??? hmmmm... rasanya gak pengen maafin. Hampir
semua dari kita yang pernah berprofesi jadi pembeli *mank ada* pernah merasakan
manisnya senyuman dan permen *mank sama manis*.
Kadang aku berfikir
untuk apa permen ini, toh aku juga gak suka, satu demi satu terkumpul tak ada
gunanya. Wah, kayaknya kumpulan permen ini boleh ditukar ma barang yang ada di
toko itu. Ide cemerlang muncul,tapi.............. apa boleh ??? Harusnya
boleh...
Pembeli adalah raja, tu
kata orang-orang. Tapi kenapa hak kita selalu diabaikan. Hati kecilku berontak,
mana hakku yang seharusnya dapat uang kembalian? Kenapa harus selalu permen n
permen ? apa memang recehan sudah jadi barang yang langka ? *museum uang receh*
ataukah mereka memang dengan sengaja ingin mendapatkan keuntungan yang lebih ? *rakus
dunk*
Hukum ekonomi *moga
benar* berkata, “dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya dapat menghasilkan
yang sebanyak-banyaknya”. It’s okey, pedagang yang menang n aku mengalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar